Implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri LLDIKTI Wilayah IV menjadi daya tarik tersendiri. Melalui Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD), LLDIKTI Wilayah IV membawa mata kuliah MBKM menjadi ruang kelas baru.
Hal tersebut diakui Kepala LLDIKTI Wilayah X Sumatera Barat, Afdalisma dalam studi tiru terkait implementasi MBKM Mandiri LLDIKTI Wilayah IV bertempat di Gedung Aula LLDIKTI Wilayah IV, Rabu 21 Agustus 2024. Bahkan, selepas berdiskusi, pihaknya turut terjun langsung melihat kondisi salah satu desa proyek PTMGRMD LLDIKTI Wilayah IV di Desa Licin, Kabupaten Sumedang.
Untuk menuju ke sana diperlukan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan mini bus dari Kota Bandung. Jalannya masih berkerikil dan penuh debu, serta diapit hutan kanan dan kiri. Setibanya di sana, warga menyambut hangat para rombongan LLDIKTI Wilayah X dan tim PTMGRMD LLDIKTI Wilayah IV.
“Tadi saya sempat ketemu dengan salah ibu yang punya bayi. Dia merasa sangat terbantu dengan adanya program Zero New Stunting di desanya yang dicetus PTMGRMD. Saya juga melihat langsung kondisi di warga di sana, memang benar-benar sudah tepat sasaran untuk program ini,” ungkap Afdalisma.
Setelah berkeliling dan berbincang dengan beberapa warga di sana, ia semakin yakin untuk mengimplementasikan program PTMGRMD di wilayahnya. Terlebih LLDIKTI Wilayah juga baru migrasi dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.
Sehingga, diakui Afdalisma, Perguruan Tinggi di wilayahnya masih perlu banyak belajar untuk mendapat akreditasi unggul. Oleh karena itu, ia mengajak tiga perguruan tinggi wilayahnya untuk dijadikan pionir implementasi studi tiru MBKM PTMGRMD LLDIKTI Wilayah IV.
“Kami juga masih berkutat mencari mahasiswa baru untuk beberapa perguruan tinggi swasta. Sehingga kami hadir di sini benar-benar ingin belajar seperti apa strategi LLDIKTI Wilayah IV untuk mencari mahasiswa dan menjalankan program MBKM dengan tepat sasaran,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, M. Samsuri menyampaikan program MBKM jangan hanya dipandang sebagai mata kuliah. Namun, jadikan ruang kelas baru bagi para mahasiswa dan dosen.
“MBKM itu bukan mata kuliah, tapi jadikan ruang kelas baru. Misalnya pada program Membangun Desa kita gali keterampilan mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat. Capaiannya sosiologi pemberdayaan masyarakat,” jelas Samsuri.
“Lalu, contoh lain program pendampingan UKM. Capaiannya teknik pendampingan UKM. Semua program harus berdampak pada tempat MBKM dilakukan,” imbuhnya.
Salah satu lokasi implementasi MBKM Mandiri LLDIKTI Wilayah IV terdapat di Kabupaten Sumedang. Terdapat sejumlah proyek yang berhasil diaplikasikan, seperti Penanganan Literasi Kemiskinan 100%, New Zero Stunting, One Village One Product, Puskesos, dan One Village One Inovation.
“Awal pilot projects kami lakukan terjun langsung secara intensif. Namun, saat ini sudah berjalan dengan sendirinya, kami hanya sesekali melihat. Betul-betul kami berdayakan mahasiswa,” ucapnya.
Sebab menurut Samsuri, LLDIKTI harus menjadi katalisator yang open mindset untuk mempercepat semua aspek inovasi.
“Harus open mindset mulai dari kepala, kapokja hingga staff, insyaAllah itu (program MBKM) jalan. Tapi kalau kita menutup diri dan menganggap ini adalah kotak saya, itu yang membuat kita tidak belajar dan maju,” tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan Ketua Pelaksana PTMGRMD di wilayah Kabupaten Sumedang tahun 2024, Prof. Edi Setiadi. Ia mengatakan, program tersebut terlaksana berkat kolaborasi pentahelix.
“Kami mendapatkan partner dari Pemda Sumedang, sehingga bisa menyelenggarakan di 123 desa dan 6 kelurahan. Dari target 1.500 peserta MBKM, kami berhasil kumpulkan 1.247 mahasiswa dari 142 PTN dan PTS se-Jabar Banten,” kata Edi.
Berkat terselenggaranya program MBKM Mandiri, pemerintah hingga masyarakat merasa terbantu untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan di berbagai wilayah.
“Programnya kami diskusikan bersama Pemda sesuai kebutuhan dan ditambah program inovasi dari perguruan tinggi. Bahkan saat penutupan, ada beberapa daerah yang minta untuk diperpanjang masa MBKM-nya,” aku Edi.