Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2023 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitias pada Satuan Pendidikan, setiap perguruan tinggi wajib memfasilitasi pembentukan Unit Layanan Disabilitas.
Oleh karena itu, dalam acara Launching Unit Layanan Disabilitas (ULD) Universitas Padjadjaran pada Kamis, 5 September 2024, LLDIKTI Wilayah IV hadir untuk memaparkan sejauh mana peran perguruan tinggi di Jawa Barat-Banten untuk menyediakan fasilitas pendukung bagi para disabilitas.
Humas LLDIKTI Wilayah IV, Yolanda Zamzami Putri menjelaskan, dalam unit layanan disabilitas terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi, seperti pendidik atau tenaga kependidikan yang kompeten, psikolog pendidikan atau terapis, tenaga ahli, dokter atau dokter spesialis, dan praktisi bahasa isyarat serta simbol braile.
“Data dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek, terdapat 13 Perguruan Tinggi Negeri dan 152 Perguruan Tinggi Swasta yang telah memiliki ULD, serta 1.505 mahasiswa disabilitas yang mengenyam pendidikan tinggi,” ujar Yolanda.
Ia menambahkan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek meluncurkan sejumlah program bantuan layanan disabilitas, antara lain Program Bantuan Pembentukan dan Penguatan Unit Layanan Disabilitas dan Program Bantuan Inovasi Pembelajaran dan Teknologi Alat Bantu bagi Mahasiswa Penyandang Disabilitas.
“Kami di LLDIKTI Wilayah IV juga berupaya menghadirkan pelayanan ramah disabilitas di kantor kami. Dalam pelayanan offline terdapat sarana prasarana disabilitas seperti jalur untuk kursi roda, lahan parkir dan toilet khusus disabilitas. Selain itu dalam pelayanan online juga kami sediakan fitur untuk membantu pengunjung disabilitas berselancar di website LLDIKTI Wilayah IV,” ungkapnya.
Selain itu, ia menjelaskan, terdapat beberapa perguruan tinggi di Jawa Barat yang sudah ramah disabilitas, di antaranya Universitas Islam Bandung (UNISBA), Telkom University (Tel-U), Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), dan Akademi Tata Boga Bandung (ATB).
Univeritas Islam Bandung (UNISBA) memiliki sejumlah fasilitas pendukung layanan disabilitas, seperti penggunaan simbol disabilitas di beberapa titik, labelisasi sarana dengan braile di lift, Disability Library Corner, dan toilet khusus disabilitas. UNISBA juga memiliki layanan administrasi akademik dan pendamping mahasiswa disabilitas.
“Kemudian Telkom University (Tel-U). Tel-U juga mendukung sistem pembelajaran untuk disabilitas dengan menghadirkan beragam layanan seperti Buddy, Peta Akses Disabilitas, Friendly UI Buta Warna, Layanan Konseling, dan Sistem Pembelajaran Ramah Disabilitas. Buddy merupakan komunitas relawan peduli tuna rungu yang dimiliki Tel-U berasal dari para mahasiswa, bertugas sebagai note taker selama perkuliahan,” jelas Yolanda.
Selanjutnya Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI). UMMI mengembangkan model pembelajaran Universal Design for Learning pada mata kuliah Pengukuran bagi mahasiswa visual impairment. Selain itu, UMMI juga mengembangkan voice tong-shop (tongkat belanja bersuara berbasis RFID bagi tunanetra).
“Lalu Akademi Tata Boga Bandung (ATB) memiliki program studi Diploma 1 Culinary Arts Inklusi. Melalui prodi ini mahasiswa diasah keterampilan secara intensif di bidang Industri Perhotelan & Kuliner sebagai juru masak yang berkualitas. Para mahasiswa dibentuk untuk menjadi seorang profesional dengan menunjang kemajuan karir melalui pendidikan yang komprehensif tentang operasional bisnis kuliner bagi calon pengusaha,” imbuhnya.
Yolanda berharap, akan semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia, khususnya Jawa Barat dan Banten yang memfasilitasi layanan disabilitas bagi para civitas akademika dan pengunjungnya.