Sebanyak tujuh kelompok mahasiswa dari enam desa Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) mengikuti monitoring dan evaluasi (monev) yang diadakan LLDIKTI Wilayah IV di Kantor Desa Sukamukti, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jumat 15 November 2024.
Selama dua bulan, para mahasiswa menggali potensi dari wilayah desa penelitian masing-masing. Salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah pangan. Hal tersebut disampaikan perwakilan Koordinator PTMGRMD Kabupaten Garut, Prof. Hilmi Aulawi.
“Sebetulnya desa-desa punya potensi luar biasa, tapi kendalanya ada pada kemampuan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Padahal 44 persen produksi jagung Jawa Barat sentralnya di Desa Sukamukti,” ungkap Hilmi.
Ia melanjutkan, meski menjadi sentral produksi pangan, tidak terdapat alat pengolahannya di desa tersebut. Sehingga, masyarakat baru bisa melakukan proses petik dan jual hasil panen jagung.
“Ke depan, kami ingin tambah nilainya menjadi petik-olah-kemas-jual. Kami kembangkan dari aspek marketing dan teknologi. Semoga kita bisa mengembangkan desa ini sesuai dengan harapan yang diinginkan,” ujarnya.
Merespon hal tersebut, Sekretaris Desa Sukamukti, Aceng Ghufron Ansori menghaturkan terima kasih atas kerja sama yang telah dilakukan LLDIKTI Wilayah IV melalui PTMGRMD.
“Adanya kerja sama dari berbagai perguruan tinggi membuat desa kami bangga. Kami ucapkan terima kasih. Selamat melanjutkan kegiatan yang lebih bermanfaat lagi,” ucap Aceng.
Sementara itu, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, M. Samsuri menyampaikan, proposal program dari evaluasi dua bulan berjalannya PTMGRMD ini bisa diusulkan lebih lanjut.
“Kita bisa berikan afirmasi kepada masyarakat. Hal yang terpenting, ekosistemnya sudah ada dulu. Misal, kita mau tingkatkan petik-olah-jual. Itu perlu teknologi tepat guna. Nanti usulannya bisa dibarengi oleh program pengabdian pada masyarakat,” jelas Samsuri.
Meski penelitian dan pengabdian masyarakat selama dua bulan ini belum sempurna, tapi ia berharap para mahasiswa bisa belajar dari ketidaksempurnaan.
“Dari ketidaksempurnaan itulah kita jadi paham apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,” lanjutnya.
Salah satu peserta PTMGRMD, Galih Aprisal mengatakan, selain melihat potensi desa, kelompoknya juga berfokus pada edukasi dalam menangani permasalahan sosial yang terjadi.
“Untuk tahapan bulan depan, kami akan menjalankan program dari tiap prodi. Salah satunya memberikan edukasi tentang kenakalan remaja. Sudah kami identifikasi dan edukasi bersama dengan Kamtibmas dan Polsek,” kata Galih.
Enam desa yang dilakukan monev kali ini di antaranya Desa Suci, Kecamatan Karangpawitan. Lalu, Desa Wanajaya, Kecamatan Wanaraja. Kemudian Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja. Selanjutnya Desa Cintanegrara, Kecamatan Cigedug. Desa Sukamukti, Kecamatan Banyuresmi. Terakhir, Desa Sukamurni, Kecamatan Cilawu.
Keenam desa tersebut memiliki beragam potensi yang menjadi keunggulan produk masing-masing, seperti kopi, susu kambing etawa, cuanki, jagung, tahu, yogurt, batu bata, dan genting.
Selain potensi produk, para mahasiswa juga menjalankan program lain seperti sosialisasi pengolahan sampah, pendataan ulang angka stunting, edukasi anti kekerasan dan bullying, dan edukasi kenakalan remaja.
PTMGRMD Garut yang dimulai sejak akhir September ini rencananya akan berlangsung hingga Maret 2025. Diharapkan para mahasiswa bisa menggali potensi wilayah setempat serta berperan menjadi problem solver bagi beragam persoalan sosial yang terjadi.