Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) di Kabupaten Garut semakin menarik perhatian setelah berhasil menjadi percontohan dalam pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri.
Sebab, Program PTMGRMD Garut menunjukkan peran aktif mahasiswa dalam pembangunan desa melalui pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi lokal. Sehingga kegiatan tersebut langsung mendapatkan kunjungan dari Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Senin 2 Desember 2023 di Kantor Desa Sukamukti, Kabupaten Garut.
Dewan Pakar MBKM, Prof. Imas Rosidawati dari Universitas Langlangbuana menyampaikan, kegiatan yang melibatkan lebih dari 115 mahasiswa di beberapa desa Kabupaten Garut ini memiliki tiga Key Performance Indicator (KPI) yang menjadi fokus utama.
“KPI-nya terdiri dari penurunan angka stunting, entaskan kemiskinan ekstrem, dan one village one product (OVOP). Potensi Garut itu sangat luar biasa, baik dari pariwisata dan ekonominya. Siapa yang tidak tahu dodol Garut? Tapi tantangannya bagaimana potensi itu bisa ditingkatkan,” ungkap Imas.
Oleh karena itu, Imas menyebutkan, pentingnya dalam menjalankan Program PTMGRMD secara pentahelix guna mengembangkan potensi yang ada di wilayah binaan.
“Bagaimana kita menjalankan pentahelix untuk mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Maka dari itu, sudah seharusnya sekarang ini program MBKM Mandiri terjun ke masyarakat, bukan hanya melihat dari atas,” ujarnya.
Salah satu perwakilan Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Iril Pramadhana Waty mengaku jika praktik baik PTMGRMD menjadi percontohan untuk universitas lain di Indonesia kala pihaknya memperoleh Anugerah Humas Indonesia setelah mengangkat topik MBKM di Garut.
“Harapan kami, MBKM Mandiri PTMGRMD yang ada di Garut ini bisa jadi percontohan untuk di universitas lainnya. Kami ingin menceritakan praktik baik di Garut itu seperti apa. Kami harap cerita ini bisa diangkat dan didengar se-Indonesia agar MBKM Garut ini bisa jadi percontohan,” harap Iril.
Merespon hal tersebut, Kepala Desa Sukamukti, Dede Hamdani mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para peserta dan tim PTMGRMD Garut karena telah bahu membahu dalam membangun desanya.
“Desa kami memiliki banyak potensi, tapi butuh kerja sama dari semua pihak. Sudah hampir satu bulan kegiatan luar biasa ini dimulai, dari membantu para pendidik di TK dan SD hingga membantu UMKM warga. Para mahasiswa datang memberikan penyuluhan seperti pemasaran secara digital, itu sangat membantu warga kami,” ucap Dede.
“Setiap kegiatan dapat diterima dan disambut antusias oleh masyarakat kami. Kami sangat berterima kasih pada Pemda dan perguruan tinggi karena dengan kolaborasi saya yakin desa semakin maju dan berkembang,” lanjutnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Garut, Nia Gania Karyana mengatakan, pemerintah daerah (pemda) sangat mendukung berlangsungnya kegiatan ini. Meski dari segi anggaran ia akui cukup kesulitan, tapi melihat kebijakan program ini sangat strategis, pihaknya bersepakat untuk membantu para mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang ada di desa.
“Pemkab Garut akan mendukung kegiatan apapun sepanjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kami masih sangat kecil. Penduduk 2,6 juta jiwa, ada 190.000 pengangguran. Kemiskinan ekstrem masih terjadi,” papar Gania.
Selain itu, menurut Kepala Pokja Akademik LLDIKTI Wilayah IV, Agus Gumilar, para mahasiswa yang berusaha membangun digitalisasi marketing UMKM di Desa Sukamukti diharapkan bisa terus berlanjut meski PTMGRMD Garut telah usai.
“Desa Sukamukti kami memberikan prioritasnya OVOP, sehingga dengan adanya mahasiswa di sini bisa membantu perkembangan UMKM dan perekonomian masyarakat. Mereka membangun digitalisasi baik marketing itu hal yang luar biasa. Diharapkan bisa berkelanjutan,” tutur Agus.
Menjelaskan lebih detail terkait program, Ketua Kelompok PTMGRMD Desa Sukamukti, Galih memaparkan, ia dan rekan-rekannya telah melaksanakan berbagai program untuk membantu masyarakat, di antaranya membangun sistem informasi desa dari manual menjadi digital ke website, diskusi mengenai kenakalan remaja, mengajar di sekolah, dan business scale up.
Terlebih, Desa Sukamukti juga memiliki banyak potensi UMKM, salah satu yang sudah berkembang adalah kasur karpet atau surpret. Terdapat 20 pabrik surpret yang mempekerjakan lebih dari 500 orang. Bahkan, supret Sukamukti sudah dikirim ke Sumatera Kalimantan, dan Bali.
“Dimulai dari pemotretan produk agar para pembeli tertarik. Kita datangkan narasumber khusus untuk bahas scale up UMKM. Sudah ada NIB, merek dan logo. Pencatatan keuangan juga jadi salah satu hal yang kami bantu sebab para pelaku UMKM masih sering menggabungkannya dengan keuangan dapur. Kami akan melaksanakan workshop kembali mengenai strategi pencatatan keuangan,” kata Galih.