Mengurai benang kusut problem sosial di masyarakat, tak cukup dengan sosialisasi. Para mahasiswa peserta PTMGRMD Garut di Desa Suci putar otak untuk mencari solusi yang lebih efektif.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Encep Jianul Hayat dari Institut Teknologi Garut menjelaskan, berawal dari observasi, para mahasiswa yang berasal dari tiga kampus di Garut: IPI Garut, Uniga, dan ITG membuat program yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Saat data sudah diperoleh, kami baru akan membuat program. Tidak semua wilayah dan masalah bisa kami selesaikan dalam waktu empat bulan. Namun, kami usahakan bisa mengurai satu demi satu permasalahan yang ada,” papar Encep di Kantor Desa Suci saat Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka melakukan kunjungan, Selasa 3 Desember 2024.
Ia menyebutkan, misalnya dari hasil observasi banyaknya temuan jika para pelaku UMKM perlunya dibina baik secara teori maupun materi. Sehingga perlunya forum diskusi untuk pelaku usaha agar bisa beradaptasi dan berinovasi baik ideal maupun teknis usahanya.
Kita merancang sebuah studio untuk pemasaran digital. Rencananya akan bekerja sama dengan influencer, branding dan hub-nya di desa. Tantangannya, penerapan teknologi itu sebenarnya sudah siap. Namun, cukup sulit menyadarkan masyarakat jika digitalisasi itu penting,” akunya.
Menurut data hasil observasi para peserta PTMGRMD Garut, di Desa Suci terdapat beragam jenis usahanya. Sebanyak 57 persen kuliner, 26 persen fesyen, 5 persen produk kreatif, serta jenis lainnya.
“Dari jumlah sebanyak itu, tidak semua bisa kami latih. Kami kurasi dulu siapa yang bisa dilatih. Setelah para pelaku UMKM ini paham, ke depan mereka nantinya bisa menjadi motivator untuk melatih UMKM lainnya,” ujarnya.
Selain persoalan ekonomi, tantangan lainnya ada di aspek kesehatan. Encep mengatakan, salah satu langkah yang diambil para peserta PTMGRMD untuk membantu mengurangi angka stunting adalah dengan mengajak masyarakat berkebun sehat. Ia berharap, melalui langkah kecil tersebut, angka stunting bisa terselesaikan secara mandiri oleh masyarakat.
“Kebun Sehat masyarakat ini kita aplikasikan di rumah-rumah warga dengan lahan sempit. Tanaman yang sediakan di halaman rumah memiliki value dari segi gizi dan ekonomi. Kami juga mengadakan praktik pembuatan hidroponik bersama desa inklusif,” ujar Encep.
Kemudian, persoalan lain juga terjadi pada pengelolaan sampah. Masih banyak generasi muda yang kurang peduli dengan sampah. Oleh karena itu, Encep dan para mahasiswa hadir di sekolah-sekolah menyulap tempat sampah menjadi ring basket.
“Anak-anak itu kalau disuruh buang sampah pada tempatnya pasti sulit, malas, tidak mau. Maka dari itu kami ubah tong sampahnya jadi ‘arena bermain’. Kami minta anak-anak untuk melempar sampah ke dalam tong yang sudah dibuat seperti ring basket dan ada target-targetnya. Itu lebih seru dan mudah dipahami bagi anak-anak. Bahkan mereka saling berebutan untuk bisa memasukkan paling banyak sampah ke tong. Dalam waktu 30 menit, sekolah bisa jadi bersih,” jelasnya.
Merespon hal tersebut, Kepala Desa Suci, Dian Rusdianto mengapresiasi segala upaya yang telah dilakukan tim PTMGRMD Garut untuk membantu masyarakat di desanya menjadi semakin lebih baik.
“Alhamdulillah apa yang dijalankan oleh mahasiswa untuk masyarakat bisa terlaksana. Meski sederhana, tapi dampaknya sangat terasa. Salah satunya dengan kebun sehat masyarakat dan ring sampah,” kata Dian.
Sementara itu, salah satu perwakilan Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Iril Pramadhana Waty berpendapat, program yang diinisiasi peserta PTMGRMD Garut Desa Suci ini semuanya komprehensif.
“Semuanya berangkat dari observasi apa yang bisa dikembangkan. Ibaratnya spider web, kita kalau bikin strategi itu menjadi lebih menyeluruh. Melihat perkembangan teman-teman di sini sepenuh hati, harapannya pola pikir ke depan akan semakin maju,” harap Iril.